4/29/11

Aliran Filsafat Progresivisme

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME

PENGERTIAN PROGRESIVISME
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak didik (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff
Progresivisme memandang bahwa lingkungan yang ada, baik yang mengenai manusi maupun yang lain, tidak bersifat sama atau statis, tetapi selalu mengalami perubahan. Perubahan- perubahabn tersebut disebabkan oleh kemampuan manusia dalam mempelajari banyak hal dan memikirkan serta mengantisipasi hal- hal yang akan datang. Meskipun dalam kehidupan manusia ada hal- hal yang mengecewakan, seperti kekurangan berbagai percobaan yang ada. Namun kekurang berhasilan itu dapat dikoreksi yang akhirnya dapat dikembangkan menjadi lebih positif. Sebagai contoh, berbagai ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh manusia dapat mengungkap rahasia alam sehingga manusia mempu memanfaatkan dan bahkan menguasainya.
Dengan menampilkan contoh tersebut, dapat diperkirakan bahwa progresivisme menaruh perhatian yang positif terhadap kemampuan manusia. Perhatian yang positif itu juga berarti kepositifan terhadap kemampuan manusia, kemampuan untuk belajar dan kemampuan untuk mereka-reka tentang manusia atau lingkungannya.
Dengan demikian bila pandangan tersebut dikaitkan dengan aspek kontinuitas dan diskontinuitas, progresivisme berpendapat bahwa karena potensi yang dimiliki oleh manusia, perubahan lingkungan yang dihadapi diharapkan tidaak berakibat negative pada perjalanan hidup sampai ia mengalami dikontinuitas. Bahkan progresivisme berpendapat bahwa peserta didik mempunyai kemampuan untuk bereksperimen dalam perjalanan hidupnnya karena adanya bekal- bekal pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dan dimiliki. Yang dimaksud dengan bereksperimen adalah mampu menemukan permasalahan dan mencari alternative-alternatif pemecahannya. Pada progresivisme, menculnya kemungkinan adanya diskontinuitas diharapkan dapat diselesaikan oleh manusia(peserta didik).

SEJARAH ALIRAN PROGRESIVISME
Tokoh Francis W. Parker (1837-1902) dilahirkan di New Hampshire. Ayahnya meninggal pada waktu berusia enam tahun. Dua tahun kemudian ia magang di pertanian sambil mengikuti sekolah dasar. Ketika berusia 13 tahun ia meninggalkan pertanian dan mengikuti pendidikan secara penuh.
Pada usia 16 tahun ia mengajar di sebuah sekolah desa, dan pada usia 20 tahun ia diangkat menjadi kepala sekolah di Carrolton, Illinois, tempat ia berhenti karena pecah perang sipil dan menjadi tentara selama beberapa tahun. Setelah perang selesai, ia kembali mengajar di berbagai tempat hingga 1872.
Ia pergi ke Jerman untuk belajar filsafat dan pendidikan serta mengadakan observasi dari dekat terhadap sekolah yang didirikan oleh Pestalozzi dan Froebel. Setelah pulang ke Amerika, ia mulai lagi mengajar dan menjadi inspektur sekolah di Quincy, Massachusstes, 1875. Disini ia memperkenalkan gagasan-gagasan dan praktek-praktek pendidikannya, yang kemudian dikenal sebagai dasar dari pendidikan progresif.
Kemudian menjadi Kepala Sekolah Guru Cook Country di Chicago. Sebelum akhir abad 18, ia diangkat menjadi Kepala Institut Chicago yang didirikan yang didirikan terutama untuk melakukan eksperimen pendidikan. Institut ini kemudian menjadi bagian Universitas Chicago, tetapi sebelum ia meyelesaikan tugasnya, ia meninggal dunia 1902.

BEBERAPA FAKTOR PENDORONG LAHIRNYA PROGRESIVISME :
1. Semangat radikalisme dan reformasi yang dimulai di sekolah yang dipimpin oleh Francis W. Parker.
2. Masuknya aliran Froebelianisme, yang menekankan perwujudan diri melalui kegiatan sendiri, dan penggunaan metode Montessori yang menekankan pada pendidikan diri sendiri.
3. Perluasan studi tentang perkembangan anak secara ilmiah (psikologi perkembangan).

DASAR FILOSOFIS ALIRAN PROGRESIVISME :
1. Realisme Spiritualistik
Gerakan Pendidikan Progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak.
2. Humanisme Baru
Paham ini menekankan pada penghargaan terhadap martabat dan harkat manusia sebagai individu. Dwengan demikian orientasinya individualistik.

TEORI PENDIDIKAN PROGRESIVISME :
1. Tujuan Pendidikan
Ia menyatakan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
2. Kurikulum
Kurikulum pendidikan progresf adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap siswa (experience curriculum). Contoh kurikulum pendidikan progresif dari Lewster Dix adalah berisi tentang :
- Studi tentang dirinya sendiri
- Studi tentang lingkungan sosial dan alam
- Studi tentang seni
3. Metode Pendidikan
Ada beberapa metode yang diperguanakan dalam pendidikan progresif :
a. Metode Belajar Aksecara
Metode ini lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasiltas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
b. Metode Memonitor Kegiatan Belajar
Mengikuti proses kegiatan-kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan tertentu apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar proses berlangsungnya kegiatan-kegiatan belajar tersebut. Bantuan-bantuan yang diberikan sebagai campur tangan dari luar diusahakan sesedikit mungkin.
c. Metode Penelitian Ilmiah
Progresif merintis digunakannya motode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep, sedangkan metode pemecahan masalah lebih tertuju pada pemecahan masalah-masalah kritis.
d. Pemerintahan Belajar
Progresif memperkenalkan pemerintahan pelajar dalam kehidupan sekolah (student government) dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah, sehingga pelajar diberikan kesempatan untuk turut serta dalam penyelenggaraan kehidupan di sekolah.
e. Kerjasama Sekolah dengan Keluarga
Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat ter-ekspresi-kan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak. Upaya ini mendorong didirikannya sebuah organisasi guru dan orangtua murid, yang dipelopori F.W. Parker di Chicago. Organisasi ini berfungsi sebagai forum komunikasi dan kerjasama dalam upaya pembaharuan pendidikan di sekolah.
f. Sekolah sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan
Pendidikan progresif menganjurkan peranan baru sekolah, tidak lagi hanya tempat anak belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratorium pengembangan gagasan baru pendidikan. Hal ini baru dilaksanakan oleh J. Dewey.

4. Pelajar
a. Pendidikan berpusat pada anak-anak
Pendidkan progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Manurut Parker, mengajar yang bermutu berarti aktivitas siswa, pengembangan keproibadian siswa, studi ilmiah tentang pendidikan, dan latihan guru sebagai seniman pendidikan.
b. Tiap anak adalah unik
Pendidikan progresivisme sangat memuliakan harkat dan artabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, anak adalah anak yang sangta berbeda dengan orang dewas. Setiap anak (menurut Parker), mempunyai individualitas sendiri, anak mempunyai alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian anakn harus diperlakukan berbeda dengan orang dewasa.

5. Pengajar
a. Guru dalam melakukan tugasnya dalam praktek pendidikan berpusat pada anak mempunyai peranan sebagai :
1) Fasilitator,
2) Motivator,
3) Konselor
b. Guru perlu mempunyai pemahaman yang baiktentang karakterisatik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada anak, agar dapat melaksanakan peranan-peranan dengan baik.

PERKEMBANGAN PROGRESIVISME

Atas bantuan Ny. Emmons Blaine akhirnya terbentuklah Sekolah Pendidikan (School of Education) di lingkungan Universitas Chicago, dibawah pimpinan Parker pada tahun 1901. Untuk menghormati jasa-jasanya, didirikan Sekolah Dasar Progresif di Chicago, dengan nama Sekolah Francis W. Parker, dengan kepala sekolah Flora Cook, salah seorang pembantu dekatnya, pada tahun 1901, atas bantuan Ny. Baline juga. Selain itu, banyak pula bersiri sekolah progresif lain.
Semenjak tahun 1930, sekolah-sekolah progresif sudah tersebar ke seluruh Amerika Serikat. Sekolah-sekolah tesebut hampir semuanya swasta, dan hampir semuanya berorientasi pada anak, tetapi tidak ada yang betul-betul merupakan sekolah Instrumental. Baru pada tahun 1896 John Dewey mendirikan Laboratory School.
Progresivisme mendapat kritik dari berbagai pihak antara lain :
1. John Dewey mengatakan :
a. Progresivisme terlampau menekankan pada pendidikan individu, sebagaimana dikemukakan pula oleh Dr. Bode dan Counts.
b. Kelas sekolah progresif artifisial / dibuat-buat dan tidak wajar.
c. Progresivisme bergantung pada minat sewaktu dan spontan.
d. Siswa merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari tugas-tugas yang dikerjakan.
2. George S. Counts dkk menghendaki agar sekolah berperanan mengambil bagian dalam membangun masyarakat Amerika.
3. Kalangan Gereja Katolik di Amerika Serikat, membentuk gerakan pendidikan yang disebut aliran ”Perennialisme” yang dipelopori Robert M. Hutchin, kemudian ada pula kalangan yang menghendaki pendidikan kembali pada kebudayaan lama yang menjadi inti peradaban manusia, mereka membentuk aliran ”Essensialime” yang dipelopori William C. Bagley.
4. Kaum Eksistensialisme menghendaki agar sekolah menjadi sebuah forum yang melibatkan dialog antara siswa dan guru, yang dipelopori A.S. Neil.
KESIMPULAN
1. Aliran Pragmatisme dan Progresivisme Pendidikan cukup memberikan warna baru bagi pendidikan, terutama bagi perkembangan anak didik.
2. Aliran Progresivisme lahir atas dorongan radikalisme dan orientasi pada anak didik. Selain itu, didukung pula dengan munculnya ilmu baru yaitu Psikologi Perkembangan.
3. Aliran Progresivisme menekankan orientasi pendidikan pada anak didik, sehingga minat anat didik dapat tersalurkan dengan baik.
4. Aliran Progresivisme pendidikan banyak mendapatkan kritikan dari berbagai pihak yang tidak sependapat.
5. Seiring dengan perkembangan zaman, aliran ini akhirnya dikolaborasikan dengan aliran pendidikan lain, sehingga menghasilkan pendidikan seperti yang dirasakan pada saat ini.








Sumber

http://van88.wordpress.com/aliran-filsafat-pendidikan-progresivisme-2/
http://www.hardja-sapoetra.co.cc/2010/03/aliran-pragmatisme-dan-progresivisme.html
http://artikel-makalahpend.blogspot.com/2010/04/filsafat-pendidikan_26.html
Bernadid,Imam. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Siswoyo,Dwi. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

2 comments:

  1. nice article. izin copy ya. thank you so much

    ReplyDelete
  2. Bagus ini, sayang sekali tidak pakai note (baik footnote, endnote, atau innote)

    ReplyDelete